Sunday 3 July 2016

Separuh Dien yg Belum Ditemukan

Well, memang kadang aku ada di posisi yg ga nyaman ketika undangan pernikahan berdatangan apalagi kalo yg nikah, umurnya lebih muda dari aku. Aku sudah terbiasa sama hal itu, sampe aku udah bisa menyikapi hal itu dengan senyuman seraya ngedoain sang calon pengantin. Untuk sebagian orang, menemukan jodoh itu mudah tapi ga berlaku untuk sebagian orang. Dan aku memang merasa, faktor utamanya adalah diri sendiri.
Menikah. Mungkin akan mudah bagi aku kalo aku menutup mata dan telinga dari kelebihan dan kekurangan orang-orang yg berusaha mendapatkan penerimaan dari aku. Tapi lain soal kalo kamu gampang ilfeel dan peka ngeliat kekurangan orang.
Aku ga bilang kalo aku sempurna. Malah jauh dari sempurna. Tapi ada hal2 yg perlu dibenahi dalam diri aku yg bikin aku masih belum siap untuk menikah. Bukan berarti aku belum ingin menikah. Pengen banget malah.
Kadang pikiran aku melayang dan mencoba menarik hikmah2 dari hal2 seperti ini. Sebagian besar orang menikah bukan karna mereka menemukan orang yg sesuai 100% kriteria mereka tapi karna mereka menemukan orang yg bisa mereka terima kekurangan dan kelebihannya.
Menikah buat aku bukan lagi soal cinta. Tapi soal prinsip, calon seperti apa yg kamu inginkan. Apakah agamanya? Pendidikan? Pekerjaan? Fisik? Ato yg lain?

Semua serba belum pas. Ada yg mengejar2 tapi tidak sesuai kriteria. Ada yg diharapkan namun tidak membalas. Ada yg seperti memberi harapan namun tiba2 pergi. Ada yg diam2 jatuh hati tapi tidak berani datang. Ada yg berpotensi tp ga ada pihak ketiga yg membantu. Semua (seolah-olah) belum ada yg pas.

Sampai kapan harus menunggu?

No comments:

Post a Comment