Saturday 21 February 2015

My Opinion About Smoking

Once upon a time...

Jadi saat itu ada PRT baru dateng ke rumah. setelah beberapa hari kerja di rumah, saat itu weekend akhirnya kita ngobrol untuk pertama kalinya. singkat cerita, si bibi (panggilan PRT tersebut) cerita tentang anak bungsunya yang meninggal pas usia 3 bulan karena di paru-parunya banyak asap rokok. Padahal di rumahnya ga ada yang ngerokok, jadi mungkin asap rokok tersebut berasal dari lingkungan di luar rumah. salah satu alasan si bibi nyari kerja adalah untuk ngelupain kesedihan dia karena kehilangan anak. Meninggalnya udah beberapa tahun tapi sampe sekarang babynya tersebut masing suka dibahas kalo kita ngobrol.

What i'm used to...

Jauh sebelum cerita itu, aku adalah salah satu orang yang ga suka sama asap rokok. entah sejak kapan aku selalu nahan nafas ketika ada rokok di sekitar. biasanya di angkot atau di dalem ruangan yang ada orang yang ngerokok. aku memilih ga nafas daripada dengan sadar ngebiarin asap rokok masuk paru-paru aku dengan bebasnya. tapi ketika aku udah ga tahan, biasanya aku tutup mulut pake kerudung lalu ambil nafas sedikit. Kalo ada yang ngeroko di dalem ruangan biasanya aku keluar dari ruangan tersebut atau ngejauhin orang itu. Kalo di angkot ada yang ngeroko, aku langsung buka lebar-lebar jendelanya dan ngedeketin muka ke arah jendela lalu nafas. kebiasaan ini udah lama aku lakuin jadi aku udah terbiasa sama itu. Alhamdulillah, di rumah ga ada yang ngeroko.

What i think about smoking...

Mari sedikit cerita soal pahala dan dosa. Dari kecil kita diajarkan untuk lebih banyak tangan di atas dari pada tangan di bawah atau lebih banyak memberi daripada menerima. Dalam Islam kita diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, misalnya zakat penghasilan sebesar minimal 2,5% (itu minimal loh, jadi alangkah lebih baik jika lebih dari itu). Terkadang kita memberi sama pengemis atau infak di mesjid. berapa yang kita kasih? seribu? 2 ribu? 10 ribu? berapapun nilainya, setiap uang yang kita berikan jika digabungkan dengan ribuan orang dengan nilai yang sama maka akan menjadi besar kan? kita jadi berkontribusi dalam kebaikan. misal seorang pengemis belum makan dari pagi, lalu dengan uang yang orang-orang kasih dia bisa beli makan seharga Rp 10.000,-. maka kalau sebelumnya kita kasih Rp 1.000,- maka kita berkontribusi dalam kebaikan sebesar 10% kan? bisa dikatakan kita sedang menyicil pahala. semakin besar ikhlasnya, semakin besar pahalanya. In shaa Allah.
Lalu pernahkah terpikir soal berkontribusi dalam dosa?
Salah satu contoh yang paling terpikirkan oleh saya adalah merokok. Sepintas yang saya baca dari berita, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak mengkonsumsi rokok. Saya tinggal di Bandung dan rasanya seperti 80% bapa-bapa itu merokok, mulai dari pengamen sampe ustad. Sering juga ngeliat ibu-ibu, berkerudung maupun tidak, merokok.
Padahal sudah dikatakan berulang-ulang dampak negatif merokok. setiap bayar di kasir minimarket, pemandangan di hadapan saya adalah bungkus-bungkus rokok dengan gambar paru-paru rusak, atau mulut rusak. Bener-bener pemandangan yang ga enak. Saya ga tau efek gambar tersebut apakah cukup berhasil mengurangi tingkat penjualan rokok atau engga.
Suatu kenyataan yang agak memprihatinkan juga adalah perokok pasif dapat dampaknya 70%, sedangkan perokok aktif hanya 30%. Ya memang sih perokok pasif ga akan sering kena dampak kalo dia ga ngerokok. Beda sama perokok aktif, walopun dampaknya lebih kecil tapi sering, ya dampaknya jadi besar juga. Tapi, ketika rokok yang kamu hirup asapnya masuk di tiap-tiap orang di sekitar kamu. Ketika ada yang suatu hari nanti sakit paru-paru atau kanker atau apapun dan salah satu penyebabnya adalah asap rokok. Berapa persen rokok kamu berkontribusi terhadap penyakitnya?

I don't hate smokers...

Aku berusaha objektif. Ada banyak smokers yang secara sikap dan sifat mereka sangat baik. Jadi memang gabisa dihubungkan secara simpel antara kebiasaan merokok dan tingkat kebaikan seseorang. Ada baiknya para smoker hanya merokok ketika sendirian. Tapi asap rokok biasanya masih membekas di ruangan. Jadi alangkah lebih baiknya lagi jika berusaha menghentikan kebiasaan merokok hingga benar-benar berhenti.


No comments:

Post a Comment